Di dalam nadhoman bab alfiyah bab I’rob tertulis nadhoman sebagai berikut wal ismu mu’rob wa mabni, Lisyabahin minal hurufi mudni. Sebagaimana tertulis dalam nadhoman di bawah ini :
Gambar 1.0, Isim Mu’rob dan Mabniy |
Artinya : Dan kalimat isim ada yang mu’rob dan mabniy, karena serupa dengan huruf yang mendekat
Penjelasannya menurut Ustadz As Sidani sebagai berikut :
Isim ada 2 bagian, yakni isim mu’rob dan isim mabniy, yang asli adalah isim mu’rob adapun yang tidak asli adalah isim mabni, karena terdapat keserupaan atau kemiripan dengan kalimat huruf, yang serupanya atau kemiripannya itu kuat.kecuali isim yang serupa dengan kalimat huruf tetapi serupanya tidak kuat seperti ay istifham. Serupa dengan kalimat huruf hamzah istifham di dalam makna istifham. Maka ay tidak mabniy sebab serupanya terhalang dengan adanya ay harus diidhofkan, sedangkan idhofah itu ciri khos bagi isim. Maka ay tetap mu’rob. Adapun serupa yang kuat itu dibagi menjadi 4 sebagaimana kalimat di bawah
Tertulis dalam nadhom alfiyah yang berbunyi kasysyabahil wadh’iyyi fismayji’tana, wal ma’nawiyyi fi mata wa fi huna, wa kaniyabatin ‘anil fi’li bila ta’asysyrurin wakaftiqoorin ushshila.sebagaimana tertulis di dalam gambar di bawah ini :
Gambar 1.1 nadhom alfiyah tentang mu’rob dan mabniy |
Artinya : “Seperti serupanya isim dengan huruf di dalam asal cetaknya (sibih wald’i), seperti didalam dua kalimat isimnya lafadz ji’tana dan serupanya isim dengan huruf didalam maknanya seperti lafadz mata dan huna, dan sepertinya kalimah isim dengan huruf, didalam mengganti kalimah fi’il tanpa bisa menerima atsar dan seperti serupanya kalimah isim dengan huruf yang membutuhkan perkara lain (sibih iftiqori)”
Penjelasannya menurut Ustadz As Sidani sebagai berikut :
1. Sibih wadh’I, Syibih wadh’i adalah serupanya isim kepada kalimat huruf di dalam asal wadho’nya, seperti isim dhomir ta’ dan isim dhomir na yang terdapat dalam lafadz ji’tana, yang pertama ta’ serupa dengan huruf jer ba’ dalam wadho’ satu huruf, yang keduanya serupa dengan huruf jar min dalam wadho’ dua huruf.
2. Sibih ma’nawi, Syibih ma’nawi adalah serupanya isim kepada kalimat huruf dalam maknanya seperti lafadz mata syartiyah, serupa dengan huruf in syartiyah, di dalam makna syarat, dan seperti lafadz huna isim yang bermakna lafadz isim yang bermakna Isyarat.Lafadz huna ini serupa kepada kalimat huruf didalam maknanya. Namun hurufnya tidak dibuat oleh orang Arab, Oleh karena makna isyarat itu yang berhak memakai adalah huruf seperti makna tamanna dipakai huruf laita, makna turji dipakai huruf la’alla, kemudian dipakai isim, maka isim itu huna dan sesame isim Isyaroh, dihukumi mabniy.
3. Syibih niyabah, Syibih niyabah adalah serupanya isim kepada huruf di dalam sama, sama mengganti dari fi’il, dan tidak dapat diamilkan oleh Amil. Seperti isim fi’il shoh, mengganti fi’il berupa uskut, shoh ini menyerupai huruf tamanni, yaitu laita mengganti fi’il berupa atamanna, serta shoh tidak dapat diamilkan amil, maka shoh itu mabniy, kecuali isim yang mengganti dari fi’il tetapi masih diamilkan amil, maka itu tidak mabniy, seperti nadlan zuraiqu maalan, lafadz nadlan ini masdar mengganti dari lafaz undul, fi’il amr, tetapi nadlan ini diamilkan oleh fi’il yang diganti (undul) maka nadlan tidak mabniy
4. Syibih iftiqor, syibih iftiqor adalah serupanya isim kepada kalimat huruf di dalam sama-sama selalu membutuhkan sambungan dengan lafdz yang sesudahnya, seperti isim maushul al ladzi dan sesamanya selalu membutuhkan shilah, sama dengan huruf jer, selalu membutuhkan majrur, maka isim maushul itu mabniy,