Saudara bisa berpindah ke materi hadits arba’in nawawi yang lain, semisal hadits arba’in pertama atau kedua atau yang lainnya dengan mengklik menu dropdown “Materi Hadits Arba’in” semoga membantu anda.
Hadits Ke dua puluh empat dari Kitab Hadits Arba’in Nawawi tentang Larangan berbuat kedholiman, Hadits riwayat muslim ini adalah hadits qudsi yang berisi perintah Allah kepada orang muslim, di dimana allah melarang berbuat dolim kepada orang lain, karena kedholiman akan menyebabkan orang lain sengsara, barangsiapa yang tetap berbuat dholim maka dia akan mendapatkan dosa dan Allah akan menghukumnya.
Di dalam redaksi hadits ke dua puluh empat Allah juga menjelaskan dia adalah dzat yang maha kaya dan maha sempurna, apabila semua manusia meminta padanya maka mudah bagi Allah untuk mengabulkan semua permintaan mereka, dan hal tersebut mudah bagi Allah untuk melakukannya. Allah juga mengetahui bahwa kita sebagai manusia seringkali melakukan kesalahan di pagi , siang dan malam hari maka Allah memerintahkan manusia untuk meminta ampun kepadanya.
Walaupun sejatinya manusialah yang membutuhkan Allah, karena apabila semua manusia bertaqwa hal tersebut tidak memberikan manfaat apapun bagi Allah SWT, sedangkan apabila semua manusia kufur maka hal tersebut tidak memberikan kemudharatan sedikitpun kepada Allah SWT. Allah SWT dialah yang menciptakan bumi menumbuhkan tanaman, memberikan udara bagi manusia dan mengatur silih bergantinya siang dan malam sesuai kehendaknya. Karena itu kita sebagai manusia adalah makhluk yang lemah di hadapan Allah SWT dan membutuhkan Allah SWT.’
Berikut redaksi hadits ke dua puluh empat dari kitab hadits Arba’in Nawawi.
عَنْ أَبِى ذَرٍّ الغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ: يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِى أَهْدِكُمْ يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِى أُطْعِمْكُمْ يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِى أَكْسُكُمْ يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّى فَتَضُرُّونِى وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِى فَتَنْفَعُونِى يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِى فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ يَا عِبَادِى إِنَّمَا هِىَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُومَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Tulisan Latin :
‘An abiy dzarro al ghifari rodhiyallahu ‘anhu ‘anin nabiyyi shollallalhu ‘alaihi wasallama fiyma yarwiihi ‘an robbihi ‘azza wa jalla annahu qola : ya ‘ibadiy inniy harromtudh dhulma ‘ala nafsiy waja’altuhu bainakum muharroman fala tadholamu ya ‘ibadi kullakum dhollun illa man hadaituhu fastahduni ahdikum ya ‘ibadiy kullakum jaa I’un illa man ath’amtuhu fastath’imuniy ath’imkum ya ‘ibadiy kullukum ‘aarin illa man kasautuhu fastaksuuniy aksukum ya ‘ibadiy innakum tukhthiuuna bil laili wan nahari wa ana aghfirudz dzunuuba jami’an fastahfiruuniy aghfirlakum ya ‘ibadiy innakum lan tablughu dhorriy fatadhurruniy walan tablughu naf’iy fatanfa’uniy ya ‘ibaadiy lau anna awwalakum wa akhirokum wa ansakum wa jinnakum kanuu ‘ala atsqoo qolbi rojulin wa hidin minkum ma zada dzalika fi mulki syai an ya ibadiy lau anna awwalakum wa akhirokum wa ansakum wa jinnakum kanuu ‘ala afjarin qolni rojulin wahidin ma naqosho dzalika min mulkiy syai an ya ‘ibadiy lau anna awwalakum wa akhirokum wa insakum wa jinnakum qomu fi sho ‘idin wa hidin fas aluuniy fa a’thoitu kulla insanin mas alatahu ma naqosho dzalika mimma ‘indiy illa kama yanqushul mikhyathu idza udkhilal bahro ya ‘ibadiy innama hiya a’malukum ahshiha lakum tsumma awaffikum iyyaha faman wajada khoiron falyahmadillaha waman wajada ghoiro dzalika fala yalumanna illa nafsahu rowahu muslimun
Artinya
Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman : Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kedholiman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kedholiman itu) di antara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku dholim. Wahai hamba-Ku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin diantara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu tidak mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir semunya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya. (Riwayat Muslim)
Mengutip Tulisan dari Dr. Mu’idnulillah Bashri berikut 8 isi atau Kandungan Hadist ke 24 dari kitab Arba’in Nawawi:
- Menegakkan keadilan di antara manusia serta haramnya kezaliman di antara mereka merupakan tujuan dari ajaran Islam yang paling penting.
- Wajib bagi setiap orang untuk memudahkan jalan petunjuk dan memintanya kepada Allah ta’ala.
- Semua makhluk sangat tergantung kepada Allah dalam mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan terhadap dirinya baik dalam perkara dunia maupun akhirat.
- Pentingnya istighfar dari perbuatan dosa dan sesungguhnya Allah ta’ala akan mengampuninya.
- Lemahnya makhluk dan ketidakmampuan mereka dalam mendatangkan kecelakaan dan kemanfaatan.
- Wajib bagi setiap mu’min untuk bersyukur kepada Allah ta’ala atas ni’mat dan taufiq-Nya.
- Sesungguhnya Allah ta’ala menghitung semua perbuatan seorang hamba dan membalasnya.
- Dalam hadits terdapat petunjuk untuk mengevaluasi diri (muhasabah) serta penyesalan atas dosa-dosa