Saudara bisa berpindah ke materi hadits arba’in nawawi yang lain, semisal hadits arba’in pertama atau kedua atau yang lainnya dengan mengklik menu dropdown “Materi Hadits Arba’in” semoga membantu anda.
Hadits Ke-27 dari Kitab Hadits Arba’in Nawawi tentang Kebaikan dan Dosa, Siapa saja yang melakukan kebaikan maka itu adalah akhlaq yang baik, orang melakukan kebaikan hatinya akan merasa tenang dan jiwanya tentram. Dia tidak malu diketahui oleh orang lain apa yang dilakukannya tersebut.
Sebaliknya dosa adalah suatu hal yang buruk, hatinya merasa terganggu dengan apa yang dia lakukan. Orang yang melakukan dosa sejatinya dia malu dan tidak ingin diketahui oleh orang lain. Karena itu Rosul bersabda mintalah pendapat kepada jiwa kita mengenai perbuatan yang kita lakukan apakah benar atau salah menurut jiwa kita, apabila hati kita merasa tidak tenang maka itu adalah dosa, semisal kita berdusta kepada orang lain, pasti jiwa kita merasa terganggu, karena dusta adalah suatu perbuatan dosa, kita menolong orang lain, maka jiwa kita akan merasa tenang karena apa yang kita lakukan adalah suatu kebaikan.
Berikut redaksi hadits ke dua puluh tujuh dari kitab arba’in nawawi disertai dengan tulisan latin dan artinya
عَنِ النَّوَاسِ بْنِ سَمْعَانِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ،عَنِ النَّبيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ : البِرُّ حُسْنُ الخُلُقِ،والإثْمُ : مَا حَاكَ في نَفْسِكَ ، وكَرِهْتَ أنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ. (رَوَاهُ مسلمٌ)
وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَدٍ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ : جِئْتَ تَسْأَلُ عَنِ البِرِّ وَالإِثْمِ ؟ قُلْتُ : نعَمْ ، قَالَ : اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ ، الِبرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ ، وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ القَلْبُ ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ ، وَتَردَّدَ فِي الصَّدْرِ ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ (حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَيْنَاهُ فِي ” مُسْنَدَي ” الإِمَامَيْنِ أَحْمَدَ وَالدَّارميِّ بِإسْنَادٍ حَسَنٍ)
Tulisan Latin : ‘anin nawasibni sam’ani rodhiyallahu ‘anhu, ‘anin nabiyyi shollallahu ‘alaihi wa sallama, qola al birru husnul khuluqi, wal itsmu, ma haka fi nafsika, wakarihta an yaththoli’a ‘alaihin naasu, rowahu muslim.
Wa ‘an wabishotab nma’badin qola ataitu rosulallahi shollallahu ‘alaihi wasallama, faqola, ji’ta tas alu ‘anil birri wal itsmi? Qultu na’am, qola istafti qolbaka, al birru math ma annats ilaihin nafsu wathma anna ilaihil qolbu, wal itsmu ma haka fin nafsi, wa tarod dada fish shodri, wain aftakan naasu wa afttauka, (hadits hasan rowainahu fi musnaday al imamaini ahmada wad darimiy bi isnadin hasanin)
Artinya : Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu, dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam beliau bersabda: “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui manusia “ Riwayat Muslim. Dan dari Wabishah bin Ma’bad radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Saya mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: Engkau datang untuk menanyakan kebaikan? saya menjawab: Ya. Beliau bersabda: Mintalah pendapat dari hatimu, kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya. (Hadits hasan kami riwayatkan dari dua musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi dengan sanad yang hasan).
Mengutip tulisan Dr, Muh Mu’idunillah Bashri, Berikut 7 isi atau kandungan hadits bukhori dan muslim pada hadits arba’in nawawi ke 27 :
- Tanda perbuatan dosa adalah timbulnya keragu-raguan dalam jiwa dan tidak suka kalau hal itu diketahui orang lain.
- Siapa yang ingin melakukan suatu perbuatan maka hendaklah dia menanyakan hal tersebut pada dirinya.
- Anjuran untuk berakhlak mulia karena akhlak yang mulia termasuk unsur kebaikan yang sangat besar.
- Hati seorang mu’min akan tenang dengan perbuatan yang halal dan gusar dengan perbuatan haram.
- Melihat terlebih dahulu ketetapan hukum sebelum mengambil tindakan. Ambillah yang paling dekat dengan ketakwaan dan kewara’an dalam agama.
- Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam ketika menyampaikan sesuatu kepada para shahabatnya selalu mempertimbangkan kondisi mereka.
- Perhatian Islam terhadap pendidikan sisi agama yang bersifat internal dalam hati orang beriman dan meminta keputusannya sebelum mengambil tindakan.