Di dalam kitab alfiyah ibnu malik, terdapat nadhoman yang menjelaskan tentang pengamalan kada dan ‘Asya dalam af’alul muqorobah sebagai berikut Kakana Kadho wa ‘Asya lain nadaro ghoiru mudhori’in lihadaini khobaro wa kaunuhu biduuni an ba’da ‘Asya nadhorun wa kaa dal amru fiihi ‘ukisya
كَكَانَ كَاضَ وَعَسَى لَكِنْ نَدَرَ غَيرُ مُضَارِعٍ لِهَذينِ خَبَرَ
Artinya : Lafadz كَادَ dan عَسَى itu menyamai lafadz كَانَ dalam pengamalannya (yaitu merofa’kan isim dan menashobkan khobar) tetapi dihukumi nadzar (langka) apabila khobarnya كَادَ dan عَسَى berupa selain fi’il mudhori’
وَكَوْنهُ بِدُوْنِ أَنْ بَعْد عسَى نَظْرٌ وَكَادَ الْأَمْرُ فِيْهِ عُكِسَا
Artinya : Keberadaan khobar setelah عَسَى jika tanpa disertai an masdariyah itu hukumnya langka, sedang dalam كَادَ hukumnya sebaliknya (yaitu yang langka bersamaan denan an)
Penjelasan menurut Ustadz Hamdani As Sidani (Ka kana Kadho wa ‘Asya ,,,) Fiil yang berada pada bab ini ada tiga macam , 1. Af’alul Muqorobah yaitu كَادَ، كَرَبَ، اَوْ شَكَّ. 2. Af’alul Rojaa, yaitu عَسَى, حَرَى، اِحْلَوْلَقَ, 3. Af’alusy Syuruq, yaitu انشاء, طَفِقَ, جَعَلَ، عَلِقَ، اَخَذَ , Bab ini dinamakan bab Af’alul Muqorobah, karena af’alul muqorobah yang banyak di pakai di kalam A’rab
Kada dan ‘Asya itu beramal seperti kana, merofa’kan isim menashobkan khobar, dan kebanyakan khobarnya itu berupa fi’il mudhori’ وَمَا كَادُوا يَفْعَلُوْنَ, عَسَى اللّهُ اَنْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ, Juga ada khobar yang bukan fi’il mudhori’ tetapi sedikit, seperti kata sya’ir.
اَكْثَرْتَ فِى الْعَذْلِ مُلِحًّا دَائِمًا لَا تُكْثرَنْ اِنِّى عَسَيْتُ صَائِمًا
Artinya Anda selalu menuntut banyak penghinaan, jadi jangan berlebihan, bahkan jika saya sedang berpuasa.
فَاُبْتُ اِلَى فَهْمِ وَمَا كِدْتُ آيِبَا وَكَمْ مِثْلِهَا فَارَقْتُهَا وَهِيَ تَصْفَرُّ
Artinya Saya kembali pada Qobilah Fahmdan hampir saja saya tidak bisa kembali, banyak sesamanya qobilah fahm yang aku tinggalkan dan menjadi daerah kosong
Lafadz عَسَيْتُ صَائِمًا khobarnya ‘asya berupa isim fa’il. وَمَاكِدْتُ آيِبًا, khobarnya kaada berupa isim fa’il.
Nadhoman kedua (Wa Kaunuhu bi duuni an ba’da ,,,) Fi’il mudhori’ yang menjadi khobarnya ‘asya sedikit sekali yang tidak bersamaan dengan an masdariyah, sebaliknya khobarnya kada yang banyak tidak bersamaan dengan an masdariyah. Seperti kata Syair :
عَسَى الْكَربُ الَّذِى اَمْسَيْتُ فِيْهِ يَكُوْنُ وَرَاءَهُ فَرَجٌ قَرِيْبُ
Artinya : Semoga kesusahan terjadi di sore hari, setelahnya akan terdapat kebahagiaan yang sangat dekat.
Lafadz yakuunu khobarnya fi’il mudhori’ menjadi khobarnya ‘asya tidak bersamaan dengan an masdariyah sebab lafadz ‘Asya itu termasuk ‘Afalul roja’. Dilalui kepada sesuatu yang diharapkan masih belum datang (mustaqbal) maka pantas khobarnya ‘asya bersamaan dengan an masdariyah. Contoh Khobarnya Kada yang tidak bersamaan dengan an masdariyah, Contoh وَمَاكَادُوا يَفْعَلُوْنَ .