Di dalam kitab alfiyah ibnu malik, terdapat nadhoman yang menjelaskan tentang isim dhomir yang didahulukan dari pada dhomir muttashil. sebagai nadhoman berikut wa fittihaadi rrutbathil zam fasla wa qod yubihul ghoibu fihi washla
وَفِى اتِّحَادِ الرُّتْبَةِ الْزَمْ فَصْلَا وَقَدْ يُبِيْحُ الْغَيْبُ فِيْهِ وَصْلَا
Artinya : “Dahulukan isim dhomir yang lebih khusus (dari dhomir yang ada pada 3 babnya lafadz di atas) di dalam dhomir muttashil, dan dahulukan isim dhomir yang kamu kehendaki (yang lebih khusus atau tidak) di dalam dhomir munfashil.”.
Penjelasan Menurut Ustadz Hamdani As Sidani sebagai berikut :
Apabila ada dua dhomir berkumpul sama muttashil dan sama pangkatnya, maka yang satu dirupakan dhomir munfashil, seperti اَعْطَيْتُكَ اِيَّاكَ، اَعْطَيْتُهُ اِيَّاهُ، سَلْنِى اِيَّايَ tidak boleh dibaca اَعْطَيْتُكَ كَ, sebab dhomir kedua tidak dianggap taukid kepada dhomir pertama karena lafadznya sama, dan tidak boleh dibaca اَعْطَيْتُهُ هُ (saya memberi padanya atas dirinya), سَلْنِى نِى (Mintalah kamu padaku atas diriku), tetapi ada yang dirupakan dhomir muttashil semua, ketika pangkatnya sama-sama ghoibah, seperti lafadz هُمْ اَحْسَنُ النَّاسِ وُجُوهًا وَانْضَرُوهُموهَا (Artinya Mereka adalah lebih tampannya manusia dalam wajahnya dan lebih bersinarnya manusia dalam wajahnya). lafadz وَانْضَرُوهُموهَا terdapat dua dhomir muttashil yang pangkatnya sama-sama ghoibah.