Di dalam kitab alfiyah ibnu malik, terdapat nadhoman yang menjelaskan tentang lafadz laduni yang memakai nun wiqoyah atau tanpa nun wiqoyah. sebagaimana nadhoman berikut wa fii ladunni laduni qolla, wa fi qodni,wa qothnil hadzfu aidhon qod yafii
وَفِى لَدُنِّى لَدُنِى قَلَّ وَفِى قَدْنِى وَقَطْنِى الْحَذْفُ اَيْضًا قَدْ يَفِى
Artinya :dan di dalam lafadz لَدُنِّى atau lafadz لَدُنِى (tanpa nun wiqoyah) itu hukumnya sedikit (Qolil), dan didalam lafadz قَدْنِى dan lafadz قَطْنِى pembuatan nun wiqoyah itu juga terkadang terjadi (hukumnya Qolil)
Penjelasan menurut Ustadz Hamdani As Sidani sebagai berikut : lafadz ladun apabila ditemui dengan ya’ mutakallim, yang banyak memakai nun wiqoyah ladunni, juga ada yang tidak memakai nun wiqoyah, laduni. Tetapi sedikit seperti qiroahnya imam nafi’, قَدْ بَلَغْتَ مِنْ لَدُنِى عُذْرًا artinya sesungguhnya engkau sudah cukup (bersabar) menerima alasan dariku. (Al qur’an surat al kahfi ayat 76).
Lafadz qod dan qoth berdua yang berlaku ismiyah, (dengan makna hasbun) apabila ditemui ya’ mutakallim, yang banyak memakai nun wiqoyah, (qodni dan qothni) juga ada yang tidak memakai nun wiqoyah tetapi sedikit. Seperti kata humaid bin Malik.
قَدْنِى مِنْ نَصْرِ الْحُبَيْبَيْنِ قَدِى لَيْسَ الْإِمَامُ بِالشَّحِيْحِ الْمُلْحِدِ
Artinya : “Yang mencukupiku adalah pertolongan dua hubaib (yaitu Abdullah bin Zubair yang mendapat Kunyah Abu Khubaib, dan saudaranya yang bernama Mush’an) Raja Khubaib bukanlah raja yang kikir serta menyimpang dari kebenaran.”