Penjelasan Isim Maushul menurut Ustadz Hamdani As Sidani sebagai berikut : Isim maushul ada dua bagian, maushul harfi dan maushul ismi, pengertian maushul harfi adalah maushul yang bersama shilahnya dapat dita’wil dengan masdar, menurut qoul ashoh, maushul huruf ada lima huruf, yaitu an, anna, kay, lau, ma semua ini disebut huruf masdariyah .
Adapun maushul ismi atau isim maushul, pengertiannya maushul ismi adalah maushul yang bersama shilahnya tidak dapat dita’wil dengan masdar, sebagaimana terdapat di dalam nadhoman alfiyah di bawah maushuulul asmaai lladzil unsyaa al lati wal ya idzaa ma tsunniya laa tutsbiti bal maa talihi au lihil ‘alamah wan nuunu in tusydad falaa malamah
مَوْصُوْلُ الْأَسْمَاءِ الَّذِى الْاُنْثَى الَّتِى وَالْيَااِذَا مَاثُنِّيَا لَاتُثْبِتِ
Artinya : maushul itu terdiri dari beberapa isim seperti alladzi dengan mufrod muannats, adapun al lati dan ya’ ketika tasniyahnya tidak ditetapkan
بَلْ مَا تَلِيْهِ اَوْلِهِ الْعَلَامَة وَالنُّونُ اِنْ تُشْدَدْ فَلَا مَلَامَة
Artinya : Akan tetapi, terhadap huruf yang tadinya diiringi oleh Ya’ yang dibuang tsb, sekarang iringilah! dengan (memasang) tanda Alamah I’rob, adapun Nunnya jika ditasydidkan, maka tidak ada celaan untuk itu.
Isim maushul yang dilalui mufrod mudzakkar adalah lafadz alladzi (الَّذِى), yang dilalui mufrod mu’annats adalah al lati (الَّتِى), lafadz alladzi dan allati apabila ditasniyahkan maka ya’nya harus dibuang, kemudian ditemui dengan alamat tasniyah, yaitu alif dan nun ketika rofa’ yaitu alladzani (الَّذَانِ) dan al lataani (اللَّتَانِ)
Huruf ya’ dan nun apabila I’rob nashob dan jar yaitu alladzaini dan allataini (اللَّذَيْنِ، اللَّتَيْنِ) nun tasniyahnya isim maushul boleh di beri tasydid, dibaca alladzanni, allatanni (اللَّذَانِّ, اللَّتَانِّ)
Berikut Contoh kalimat yang menggunakan isim maushul di dalam hadits rosulullah SAW. adapun lafadz yang menunjukkan isim maushul penulis berikan warna kuning supaya memudahkan di dalam mempelajari dan memahaminya.
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ Artinya: “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)
, اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى artinya “Ya Allah perbaikilah agamaku sebagai benteng (ishmah) urusanku; perbaikilah duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! (hadis riwayat Muslim)