Di dalam nadhoman kitab alfiyah ibnu malik, terdapat nadhoman yang menjelaskan tentang isim dhomir dan dhomir muttashil, sebagaimana berikut fama lidzi ghoibatin au khudurin ka anta wahuwa sammi bidhdhomir, wa dzut tisholin minhu ma la yubtada wa la yali illakhtiyaaron abada, kal yaa I wal kaa fi min ibni akromak wal yaa I wal ha min saliihi ma malak
فَمَالِذِى غَيْبَةٍ اَوْ حُضُوْرٍ كَأَنْتَ وَهُوَ سَمِّ بِالضَّمِيْرِ
Artinya “kalimat isim yang menunjukkan arti seseorang yang memiliki keadaan ghoib atau hadir seperti lafadz اَنْتَ (kamu) dan هُوَ(dia laki-laki) itu dinamakan isim dhomir.”
وَذُو اتِّصَالٍ مِنْهُ مَا لاَ يُبْتَدَا ¤ وَلاَ يَلِي إلاَّ اخْتِيَــــارَاً أبَــدَا
Artinya : “Dhomir muttashil yaitu isim dhomir yang tidak bisa dijadikan permulaan (mubtada’)dan tidak bisa setelah illa dalam keadaan ikhtiyar,”
كَالْيَاءِ وَالْكَافِ مِنِ ابْني أكْرَمَكْ ¤ وَالْيَــاءِ وَالْهَا مِنْ سَلِيْهِ مَا مَلَكْ
Artinya : “seperti isim dhomir yang berupa huruf ya’ dan ha dari lafadz saliihi maa malak (mintalah kamu pada sesuatu yang ia miliki)”
Penjelasan menurut ustadz hamdani As Sidani sebagai berikut :
Nadhoman pertama famaa lidzi ghoibatin dan seterusnya isim dibagi menjadi dua bagian yaitu isim dhomir dan isim dhohir, adapun isim dhohir adalah sesuatu yang jelas maknanya seperti lafadz زَيْدٌ بَكْرٌ.
Isim dhomir adalah menunjukkan sesuatu yang samar (tidak hadir) atau sesuatu lafadz yang hadir seperti lafadz هُوَ اَنْتَ اَنَا.
Nadhoman kedua dan ketiga wa dzut tisholin dan seterusnya dhomir itu dibagi dua bagian, dhomir muttashil yang bertemu dengan ‘amilnya dan dhomir munfashil yang pisah dari amilnya. Dhomir muttashil adalah dhomir yang tidak boleh dibuat permulaan kalam, dan tidak boleh terletak setelah lafadz illa pada waktu ikhtiyar (tidak dalam dhorurat syair) seperti dhomir ba’mutakallim pada lafadz اِبْنِى, dan dhomir kaf khitob pada lafadz اَكْرَمَكِ, dan dhomir ya’ mu’annas mukhotobah, dan dhomir Ha u pada lafadz سَلِيْهِ, apabila dalam dhorurat syi’ir maka boleh dhomir muttashil itu terletak setelah lafadz illa seperti
وَمَانُبَالِى اِذَا مَاكُنْتِ جَارَتَنَا اَنْ لَايُجَاوِرَنَااِلَّاكِ دَيَّارُ
Lafadz illaka adalah dhomir muttashil berupa kaf khitob terletak setelah lafadz illa, diperbolehkan karena dhorurat syi’ir
Jadi, dari penjelasan nadhoman di atas bisa difahami bahwa Isim dhomir adalah kalimat isim yang menunjukkan arti seseorang yang memiliki keadaan ghoib (tidak ada) atau hadir seperti lafadz اَنْتَ (kamu) dan هُوَ(dia laki-laki). Sehingga anta, huwa, huma, hiya, hunna, antum , antunna, anti adalah termasuk isim dhomir.
Sedangkan dhomir muttashil adalah kata ganti yang tidak bisa dijadikan permulaan, dhomir muittashil sendiri artinya adalah kata ganti yang bersambung, seperti
- هُوَ ضرَبَهُ artinya dia telah memukul, hu pada lafadz dhorobahu adalah dhomir muttashil
- فِى الْبَيْتِكَ artinya di rumahmu, kaf pada lafadz baitika adalah dhomir muttashil
- اَنْتُمَاتَخَافَانِ artinya kamu berdua telah takut, huruf ta’ pada lafadz takhofani adalah dhomir muttashil