Di dalam kitab alfiyah ibnu malik, terdapat nadhoman yang menjelaskan tentang idhofahnya alam asma pada alam laqob sebagaimana nadhoman berikut wa in yakuuna mufrodaini fa adhig hatman wa illa attabi’I laadzi rodif, wa minhu man quulun kafadhlin wa asadn wa dzur tijaalin kasu’aada wa udadin
وَاِنْ يَكُوْنَا مُفْرَدَيْنِ فَأَضِفْ حَتْمًا وَاِلَّا اَتْبِعِ الَّذِى رَدِفْ
Artinya : Jika berkumpul alam asma dan alam laqob, yang keduanya mufrod (bukan idhofah), maka wajib mengidhofahkan alam asma pada laqob, dan jika keduanya tidak mufrod, maka harus mengikutkan I’robnya alam laqob pada alam asma (dengan menjadi athof bayan atau badal)
وَمِنْهُ مَنْقُولٌ كَفَضْلِ وَاَسَدٍ وَذُوارْتِجَالٍ كَسُعَادَ وَ اُدَدٍ
Artinya : Sebagian dari isim alam adalah alam manqul, seperti lafadz fadhlun dan asadun, dan sebagian yang lain adalah alam murtajal seperti lafadz سُعَادٌ dan اُدَدٌ.
Penjelasan menurut Ustadz Hamdani As Sidani sebagai berikut : apabila terdapat alam isim dan alam laqob berkumpul dan sama-sama mufrod (tidak ada yang murokab) maka alam isim harus dimudhofkan kepada alam laqob. Seperti سَعِيْدُ كُرْزٍ, هَارُون الرَّشِيدُ maka tidak boleh di diidhofahkan.
Apabila alam isim dan alam laqob itu tidak sama-sama mufrod, sama-sama murokkab, itu yang satu murokkab yang lain mufrod. Maka tidak boleh diidhofahkan. Dan yang kedua I’robnya harus harus diikutkan kepada yang pertama. Menjadi badal atau a’thof bayan, contoh : هَذَا عَبْدُا للّهِ زَيْنُ الْعَابِدِيْنَ، زَيْدٌ اَنْفُ النَّاقَةِ,
Nadhoman wa minhu man qulun dan seterusnya,, Alam itu ada yang disebut alam manqul dan alam mutajal, Alam manqul adalah alam yang lafadznya pernah dibuat untuk makna selain alam. Seperti ada orang bernama fadhlun, lafadz fadhlun ini sebelum dibuat nama orang, sudah dibuat masdar, dari fadhula yafdhulu fadhlan, juga nama yazid, pindahan dari fi’il mudhori’ Zada yazidu zaidan, contoh laki ada orang bernama asad, lafadz asad ini sebelum dibuat nama orang, sudah dibuat untuk makna hewan harimau, maka semua itu disebut alam manqul (alam pindahan).
Adapun alam murtajal adalah alam yang lafadznya belum pernah dilakukan untuk selain alam seperti orang perempuan bernama su’ad, dan orang laki-laki bernama udadun, dan orang laki-laki bernama udadun. Dinamai ini sekali di beri nama hayaa’ untuk nama seorang perempuan, dan nama orang laki-laki, maka disebut alam nama murtajal