Tercatat sejak tahun 2010 sudah banyak manusia perahu yang mengunjungi Pantai Aceh pada tahun-tahun tersebut mereka diterima dengan baik dan mungkin sekarang sudah menjadi warga negara Indonesia ataupun berlanjut ke negara Malaysia, keberadaan manusia perahu yang sedikit mengganggu warga di pesisir Sumatra membuat pemerintah Republik Indonesia di Jakarta turun tangan. Mengenai hal tersebut mari kita ulas dahulu sejarah asal mula kedatangan etnis Rohingnya ke Indonesia dan bagaimana sikap Pemerintah Republik Indonesia atasnya.
Bagaimana sejarah etnis Rohingnya di Burma Myanmar?
Warga rohingya memiliki kemiripan etnis dengan warga Bengali di Bangladesh Selatan, bahasa yang mereka gunakan untuk berbicara dengan sesama orang Rohingnya juga sama dengan yang diucapkan oleh saudara jauh mereka dari Bangladesh, hal tersebut menunjukkan mereka berdua memiliki ikatan darah dan sejarah yang cukup kuat.
Sejarah keberadaan etnis Rohingnya di Myanmar bermula dari zaman kerajaan Mrauk U khususnya pada zaman raja Narameikhla yang berkuasa di Burma pada tahun 1430-1434. Sebelum berkuasa di burma Raja Narameikhla dibuang ke Bengal, Narameikhla lalu menguasai kembali berkat bantuan sultan bengal.
Seiring dengan berkuasanya Narameikhla, masuk pula penduduk muslim dari bangladesh ke wilayah Arakan, Rakhine. Dalam perkembanganya jumlah pemukim muslim dari bangladesh terus bertambah terutama ketika Inggris menguasai Rakhine. Karena sedikitnya populasi manusia di Rakhine. Pemerintah Kolonial Inggris memasukan banyak orang Bengali ke Rakhine untuk bekerja sebagai petani.
Pada tahun 1785, kerajaan Burma (Kini Myanmar) menginvasi wilayah Rakhine sehingga berhasil dikuasai namun tidak mengakui keberadaan Etnis Rohingya. Ketika Inggris melakukan sensus penduduk pada 1911, pemukiman muslim di Arakan sudah berjumlah 58 ribu orang.
Jumlah itu terus bertambah dari tahun ke tahun, penduduk lokal yang mayoritas merupakan penganut Budha merasa khawatir. Sehingga timbullah konflik dengan muslim Rohingnya. Kasus tersebut semakin berkembang dari tahun ke tahun dan menyebabkan ribuan manusia perahu dari Rohingya selalu mendatangi negara tetangga yang seperti Indonesia,Malaysia ataupun Bangladesh. Pada awalnya kedatangan pengungsi muslim Rohingnya disambut baik oleh warga Aceh,
Namun seiring berjalannya waktu konflik yang ditimbulkan oleh adanya pendatang Rohingnya membuat warga Aceh melawan mereka, yang menyebabkan peristiwa viral manusia perahu dari Rohingya yang mendarat di Aceh disuruh berlayar kembali di laut tidak boleh mendarat di pinggir pantai Aceh, walaupun mereka tetap diberi makanan oleh warga sekitar.
Bagaimana Sikap Pemerintah Republik Indonesia Terhadap Pengungsi Rohingnya?
Berikut adalah sikap pemerintah Republik Indonesia terhadap pengungsi Rohingnya pada tahun 2023.
Pemerintah Republik Indonesia menduga adanya tindak pidana perdagangan orang (TPPO) terkait ribuan pengungsi Rohingya yang kembali masuk ke Indonesia, terutama ke Aceh.
“Saya memperoleh laporan mengenai pengungsi Rohingya yang semakin banyak, yang masuk ke wilayah Indonesia, terutama Provinsi Aceh. Terdapat dugaan kuat ada keterlibatan jaringan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dalam arus pengungsian ini,” ujar Presiden Jokowi
Presiden Jokowi menegaskan bahwa pemerintah akan menindak tegas pelaku TPPO terkait masuknya pengungsi Rohingya ini.
“Pemerintah Indonesia akan menindak tegas pelaku TPPO,” tegasnya.
Lebih lanjut Presiden mengatakan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan sementara bagi pengungsi Rohingya dengan tetap mengutamakan kepentingan masyarakat lokal. Selain itu, Pemerintah Indonesia juga akan terus berkoordinasi dengan organisasi internasional untuk menangani masalah pengungsi Rohingya ini.
“Bantuan kemanusiaan sementara kepada pengungsi akan diberikan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat lokal,” ujar presiden Jokowi kembali. (sumber setkab.go.id)
Jadi mengenai kasus ribuan pendatang rohingnya yang menuju Aceh, pemerintah Indonesia bersikap untuk menerima dan memberi bantuan kepada mereka dalam tempo waktu tertentu, Namun dengan tetap mengutamakan kepentingan warga lokal seperti warga Aceh yang notabene merupakan warga negara Indonesia.
