Di dalam kitab alfiyah ibnu malik, terdapat nadhoman yang menjelaskan tentang Isim Maushul untuk allaati, al laa i dan alladziina sebagaimana nadhoman berikut billaati wallaai llati qod jumi’aa wal laa I kal ladziina nazron waqo’aa wa man wa maa wa al tusaawi ma dzukir wa hakadzan dzu ‘inda thoyyi in syuhir
بِاللَّاتِ وَاللَّاءِ الَّتِى قَدْجُمعَا وَاللَّاءِ كَالَّذِيْنَ نَزْرًا وَقَعَا
Artinya ; Lafadz allaati itu dijamakkan dengan lafadz اللَّاتِ dan اللَّاتِ lafadz اللَّاءِ itu menempati tempatnya الَّذِيْنَ secara langka.
وَمَنْ وَمَاوَاَلْ تُسَاوِى مَاذُكِرْ وَهَكَذَا ذُوعِنْدَ طَيِّءٍ شُهِرْ
Artinya : Isim Maushul man (مَنْ), ma (مَا), al (اَلْ) itu menyamai semua isim maushul yang telah disebutkan (bisa untuk mufrod, tasniyah,jamak mudzakkar atau muannas) begitu juga lafadz ذُوعِنْدَ طَيِّءٍ شُهِرْ
Penjelasan menurut Ustadz Hamdani As Sidani sebagai berikut : lafadz allati dan allai itu jamak bagi isim maushul allaati (jamak mu’annats) lafadz al laai ada yang dilakukan seperti lafadz alladziina, jamak mudzakkar bagi lafadz alladzi, tetapi sedikit seperti kata syair
فَمَا اَبَآؤُنَا بِأَمَنَّ مِنْهُ علَيْنَااللَّائِ قَدْمَهَدُوْا الْحُجُوْرَا
Artinya : “bukankah ayah-ayah kita, yaitu orang yang memperbaiki akhlaq dan perkara kita dan menjadikan tikar-tikar mereka untuk kita. Bukanlah hal itu lebih Agungnya nikmat dan anugrah dibanding yang aku puji.
Isim maushul ada dua macam, Isim Maushul mukhtas dan isim maushul musytarik, isim maushul mukhtas adalah isim maushul yang dilalui ya’ tertentu. Yaitu isim maushul yang sudah diterangkang di atas. Isim maushul musytarik adalah isim maushul yang bisa dilakukan dilalui mufrod, tasniyah atau jamak. Mudzakkar atau mu’annats. Dengan lafadz yang tidak berubah. Termasuk isim maushul musytarik adalah مَنْ, مَا dan ال. Demikian juga lafadz dzu menurut bani thoyyi’, فَازَمَنْ اِجْتَهَدُوا , فَانْكِحُوا مَاطَابَلَكُمْ, فَازَا التَّقِى رَبَّهُ, جَاءَنِى ذَو قَامُوا,
1 Komentar