Di dalam kitab alfiyah ibnu malik, terdapat nadhoman yang menjelaskan tentang isim alam yang berupa jumlah dan tarkib mazji sebagaimana nadhoman berikut wa jumlatun wa maa bimazjin rukkiba dza in bighoirin waihin tamma u’riba
وَجُمْلَةٌ وَمَابِمَزْجٍ رُكِّبَا ذَا اِنْ بِغَيْرٍ وَيْهٍ تَمَّ اُعْرِبَا
Artinya : Termasuk bagiannya alam manqul yaitu isim alam yang asalnya berupa jumlah dan tarkib mazji, alam yang berupa tarkib mazji yang akhirnya diakhiri dengan selainnya lafadz وَيْهٍ hukumnya mu’rob.
Penjelasan menurut Ustadz Hamdani As Sidani sebagai berikut : termasuk alam manqul adalah alam manqul pindahan dari jumlah, contohnya apabila ada orang bernama قَامَ زَيْدٌ (zaid berdiri). Nama ini adalah alam yang manqul dari jumlah fi’il fa’il, maka hukum I’robnya sebagaimana hukum asalnya (I’rob hikayah), contoh : قَامَ زَيْدٌ (telah berdiri zaid). مَرَرْتُ بِقَامِ زَيْدٍ (saya dilalui dengan berdirinya Zaid), رَاَيْتُ قَامَ زَيْدٌ (saya melihat zaid berdiri), demikian juga orang yang namanya زَيْدٌ قَائِمٌ (Zaid berdiri), maka dibaca جَاءَ زَيْدٌ قَائِم، مَرَرْتُ بِزَيْدٌ قَائِمٌ، رَاَيْتُ زَيْدٌ قَائِمٌ .
Adalagi alam manqul yang berupa murokkab mazji, alam ini bila juz yang kedua bukan lafadz wayhun, maka hukumnya mu’rob seperti I’robnya isim ghoiru munshorif, contoh : هَذَا بَعْلَبَكُّ، مَرَرْتُ بِبَعْلَبَك، رَاَيْتُ بَعْلَبَكّ .Apabila juz yang kedua lafadz wayhun, maka hukumnya mabni kasroh, جَاءَ سِبَوَيْهِ، رَاَيْتُ سِيْبَوَيْهِ، مَرَرْتُ بِسِيبَوَيْهِ.
Murokab mazji adalah dua kalimat yang dicampur menjadi satu kalimat, caranya kalimat yang awal disambung dengan kalimat yang kedua, kemudian di I’robnya terletak pada kalimat kedua, seperti lafadz بَعْلٌ yang disambung dengan lafadz بَكٌ. Dibaca بعْلَبَكٌ. I’robnya berada pada kaf, huruf akhir dari pada lafadz بَعْلٌ, lam dianggap seperti huruf yang berada sebelum ta’ ta’nits dalam lafadz ضَارِبَةٌ مَثَلاً, maka dibaca fathah, demikian juga lafadz sibawaihi (سِيْبَوَيْهِ) aslinya lafadz siibun dan wayhun, hadromaut (حَضْرَمَوْتُ) asalnya hadhrun (حَضْرٌ ) dan maut (مَوْتٌ). Apabila huruf akhir dari kalimat awal itu berupa ya’. Maka ya’ itu disukunkan, seperti lafadz مَعْدِ يْكَرِبَ, asalnya مَعْدِيٌّ dan lafadz كَرِبٌ